Resep “Kehidupan” Ala Mark Manson

Resep “Kehidupan” Ala Mark Manson

Ada dua kata yang paling sulit gue pahami, yaitu tentang hakikat cinta dan kehidupan. Sulit bukan karena gue tidak paham maknanya, tetapi sulit menemukan makna filosofis untuk memahami dua kata tersebut, gue masih bingung. Sebut saja, saat cinta dinegasikan dengan mendekati “wanita”, tentu anda harus memahami semua atribut “wanita” bukan? apa yang dia suka, aspek psikisnya dan lain-lain. susah, jelimet.....

Bahkan untuk seukuran gue, entah berapa variable, instrumen dan teori yang gue pakai untuk “mendekati” ciptaan Tuhan itu, tetap saja gagal. Kabar baiknya, nasib gue tidak sengenes teman karib gue yang rela ke pekuburan umum, memetik bunga Kamboja. Petuah dari sang Dukun, agar si “wanita” pujaannya itu tergila-gila. Ujungnya, ya, temen gue menangis darah, selain gagal move on, ia bahkan harus sakit hati sampai akhir hayatnya, sebab wanita pujannya itu dirampas adiknya sendiri. 

Kisah lain, suatu ketika gue dibonceng oleh salah seorang teman karib, dia berkata: Tama, lho tahu tidak, motor gue yang sebeken ini, tak pernah sekalipun bonceng cewek. Spontan gue jawab, Wah Soleh bener lhoo my friends, kau memang patut menjadi penghuni Syurga. Bukan itu intinya, kawan...itu karena gue ditolak terus, bagi gue “wanita” itu makhluk paling misterius!! Gue malah makin khawatir yang gue bonceng kemana-mana lho melulu, Tama. Dasar lho, cok. 

Air mata, ingus dan air liur gue muncrat mendadak, gue bahkan menulis kisah teman karibku itu dalam sebuah cerpen, benar-benar tragis betul kisah cintanya. Hahaha.....

Just Jokes...

Kisah di atas adalah rentetan potret betapa sukarnya pengalaman atomik manusia ketika berhadapan dengan “cinta”. Itu baru sebagian kisah, gue masih punya kisah-kisah lain yang disimpan dalam brangkas cerita yang nantinya gue ceritakan melalui bait-bait puisi dan penggalan cerpen dan novelett. Kisah ini juga sebagai seruan, teruntuk lho para wanita, ketahuilah petuah pujangga ini. “Laki-laki zaman ini, sudah berkurang, termakan zaman”, jangan sampai kalian menemukan suatu masa, di mana kalian mengantre untuk mendapatkan laki-laki. Eeiiits, Wahai para Laki-laki, gue tidak menyuruh lho untuk Poligami ya”. Ingat, tulisan ini bukan komentar atas fatwa MUI, bukan pulan refleksi atas dogma agama. 

Back to Topic 

Begitu pula makna ontologis dari “kehidupan”, gue pernah diminta menjadi khotib di sebuah kampung.Moment Khutbah pertama gue, di mana saking antusias jama’ah mendengar konsep gue, sampai mereka tertidur pulas, bahkan rona wajah sebagian mereka memerah, mungkin pantat mereka sampai terbakar. Itu karena gue saking semangatnya. Tapi gue nggak menyesal sedikitpun. 

Penggalan khutbah yang gue ingat ketika itu begini. “Hidup itu seperti sebuah bahtera di tengah luasnya samudra, tidak ada yang mampu menyelelamatkan kita dari hempasan gelombang, dan kerasnya badai, kecuali ketika kita berpegang teguh kepada kesyukuran dan kesabaran”. Ungkapan ini gue terus pakai di sebuah ceramah di salah satu pesantren, di mana gue pertama kali diberi satu amplop isinya duit 35 rebu, dan dibagi Delapan orang, Gue sampai bingung ngebaginya Bagimane!!!. Mungkin karena gue, nyampaian ungkapan itu kali ya..Nggak masalah, ingat, Hidup itu seperti bahtera, harus berpegang teguh pada tali kesyukuran dan kesabaran. I Believe that, and you must be...

Mungkin lho pade, kenal dengan Abraham Harold Maslow, salah satu psikolog favorite gue. Dia mengatakan, resep kehidupan itu seperti anak tanggga. Hidup itu sempurna jika individu melewati tiap-tiap anak tanggga. Intinya, anda akan memahami arti kehidupan sesungguhnya apabila mencapai “self actualization”, aktualisasi diri, di mana digambarkan manusia itu telah mencapai kesempurnaan materil dan spiritual. 

Lain halnya, Maslow dan ungkapan gue di atas, ada satu konsep di mana menurut gue, konsep ini mengajak kita untuk memahami arti kehidupan dari perspektif yang batul-betul berbeda. Ia adalah Mark Manson, dalam bukunya “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat; Pendekatan yang Waras Demi Menjalani Hidup yang Baik”. Buku yang pasti anda temukan di rak teratas, di antara rentetan buku-buku Bestseller. 

Prolog Buku

Alkisah ada seorang laki-laki bernama Charles Bukowski, bekerja sebagai tukang pos, disamping gajinya yang amat sangat sedikit, dan gajinya itu hanya dipakai untuk mabok dan berjudi. Keadaan ini terus terjadi hingga berpuluh-puluh tahun. Dia sempat bercita-cita ingin menjadi penulis kenamaan, namun di setiap kali ia mengirim naskah tulisan ke penerbit, naskahnya selalu ditolak, tulisannya dianggap kasar, jelek bahkan menjijikkan. 

Namun, suatu ketika, dia ditawari untuk bekerja di sebuah penerbit lokal. Penawaran ini membuat dia mulai berpikir, apakah akan tetap kerja di kantor pos yang membuat dia stress, atau memilih menjadi penulis dan kelaparan. Bukowski, akhirnya memilih menjadi penulis dan siap menerima keadaan apapun yang akan menimpanya. 

Dia menulis sebuah novel dalam tiga minggu, dengan judul sederhana yaitu post-office dalam bukunya itu dia menulis “Didedikasikan untuk tak seorangpun”. Dia, hanya mengikuti ritme kehidupan, jalani saja dan tetap berusaha untuk menjadi baik dan lebih baik. Biarkan kehidupan itu mengalir seperti sungai, dan pada akhirnya mengantarkan kita pada tepian sungai kehidupan itu sendiri. 

Anda bisa bayangkan, Charles Bukowsi, seorang pecundang, akhirnya menemukan jati dirinya, karyanya terjual hingga dua juta kopi. Bahkan di batu nisan, kuburan Charles Bukowski tertulis “Jangan Berusaha”. 

Menarik Bukan? Menarik laah.....

Apa makna kehidupan dari kisah itu, dan apa intinya? 

Pembaca yang saya cintai, anda berhak saya cintai karena telah membaca tulisan sederhana ini. 

Saya kasih kuncinya, “Hasrat untuk mengejar semakin banyak pengalaman positif, sesungguhnya adalah sebuah pengalaman negatif. Dan penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif justru merupakan sebuah pengalaman positif. Dan Anda tidak akan pernah bahagia jika Anda terus mencari apa yang terkandung dalam kebahagiaan, pun demikian, Anda tidak akan pernah hidup jika terus mencari arti kehidupan”. 

Maksudnya adalah jalani apa yang diberikan kehidupan kepada Anda. Upaya untuk menghindari penderitaan adalah dengan penderitaan itu sendiri. Upaya untuk menghindari kesusahan yaitu kesusahan itu sendiri. Dan Upaya menyembunyikan rasa malu adalah dengan rasa malu itu sendiri. Sudah, mulai paham resep kehidupan Ala Mark Manson, Para fansku? Anda luar biasa....Bahkan, saya harus membaca buku ini dua kali. 

Rasa sakit, perih, olok-olokan, itu semua merupakan tenunan untuk membentuk kain khas dalam kehidupan masing-masing kita. Berusaha untuk menghindari rasa sakit itu artinya, anda merusak warna pada kehidupan anda, yang musti anda lakukan adalah membiarkan begitu saja, Bodo Amat, justru itu yang akan menjadikan anda dan saya makin dewasa bahkan bijaksana bukan?....Good readers

Anda hanya perlu satu hal dalam menapaki bahtera kehidupan ini menurut Mark Manson, yaitu dengan bersikap Bodo Amat, “hilangkan semua atribut penilaian orang lain terhadap diri anda. Anda dan saya hanya perlu menjalani kehidupan ini sebagaimana anda meyakini bagaimana anda akan menjalani hidup itu sendiri”. Untuk memahami kalimat ini memang sukar dan butuh waktu, karena Manusia itu seperti cermin bagi diri sendiri yang dibentuk oleh sekelumit citra-citra orang lain. Tapi bukan mustahil, jika anda memiliki keyakinan, anda akan menjadi diri sendiri seperti yang saya ungkapkan. Intinya, jangan dengarkan kata orang, dan tetap fokus dengan apa yang anda ingin capai di kehidupan anda. That Simple..

Sikap itulah yang dimaksud Manson dengan Masa Bodoh atau Bodo Amat. Ini bukan omong kosong, tapi memiliki arti bahwa “Anda dan kita semua harus melihat tanpa gentar tantangan yang paling menakutkan dan sulit dalam kehidupan dan mau mengambil suatu tindakan. Anda hanya perlu merasa nyaman untuk berbeda. 

Sekian dulu tulisan ini. saya hanya menjelaskan sebagian kecil resep kehidupan ala Mark Manson, jika anda tertarik anda bisa membeli bukunya dan anda Tidak akan rugi....

Artikel ini ditulis oleh: TAMA