Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal
Pada tahun 1950-an, di kalangan psikolog sosial timbul aliran baru ( new look) yang meneliti pengaruh faktor sosial seperti pengaruh interpersonal, nilai-nilai kultural, dan harapan-harapan yang di pelajari secara sosial terutama persepsi individu. secara teoretis, persepsi sosial yang didefinisikan sebagai ‘’the role of socially generalted influences on the basic processes of perception’’ (MC David 1968 ; 173). Bahwa aturan sosial secara umum mempengaruhi proses dasar persepsi manusia.
Dean C. Barlund, menjelaskan interpersonal dipahami sebagai,“ Upaya Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan itu akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih bagaimana pesan akan diterima. Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.
Faktor-Faktor Situasional yang Memengaruhi Atraksi Interpersonal
Daya tarik fisik (physical attractiveness)
Kita telah menceritakan penelitian Dion, Berscheid, dan Walster (1972) tentang penilaian orang pada wajah-wajah yang cantik. Mereka cenderung akan dinilai akan lebih berhasil dalam hidupnya, dan dianggap memiliki sifat-sifat yang baik. Walaupun apa yang disebut cantik belum di sepakati, kata sebagian orang relative, ada orang-orang yang disepakati banyak orang sebagai cantik atau tampan. Agar sukar, misalnya, untuk menemukan orang yang menganggap jelek pada orang lain.
Ganjaran (Reward)
Kita menyenangi orang yang memberikan ganjaran kepada kita. Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita; kita akan menyenangi orang yang memuji kita. Menurut teori pertukaran sosial (social exchange theory), interaksi sosial seperti transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Atraksi, dengan demikian, timbul pada interaksi yang banyak mendatangkan laba. Bila pergaulan anda sangat menyenangkan, sangat menguntungkan dari segi psikologis atau ekonomis, kita akan saling menyenangi.
Familiarity
Familiarity artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Prinsip familitary dicerminkan dalam peribahasa Indonesia, “Kalau tak kenal maka tak saying” (lebih jelas lagi dalam bahasa jawa, “Witing tresno jalarang soko kulino). Jika kita sering berjumpa dengan seseorang asal tidak ada hal-hal lain kita akan menyukainya. Robert B. Zajonc (1968) memperlihatkan foto-foto wajah pada subjek-subjek eksperimennya. Ia menemukan makin sering subjek melihat wajah tertentu, ia makin menyukainya. Penelitian ini kemudian melahirkan hipotesis ”mere exposure” (terpaan saja). Hipotesis ini di pakai sebagai landasan ilmiah akan pentingnya repetisi pesan dalam memengaruhi pendapat dan sikap.
Kedekatan (proximiliti)
Erat kaitannya dengan familiarity adalah kedekatan. Orang cenderung memyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah tumbuh diantara tetangga yang berdekatan (Whyte 1956), atau diantara mahasiswa yang duduk berdampingan (Byrne dan bueffier, 1955). Mungkin dipertanyakan apakan karena saling menyukai orang berdekatan, atau karena berdekatan orang saling menyukai.
Kemampuan (competence)
Kita cenderung menyenangi orang yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupan. Pemain-pemain bulutangkis di puja orang ketika mereka berhasil mengalahkan lawannya, dan dicaci maki ketika mereka gagal. Walaupun demikian, seperti factor-faktor atraksi lainnya, ada beberapa situasi ketika kemampuan tidak menimbulkan atraksi interpersonal.
Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal.
Penafsiran pesan dan penilaian.
Efektivitas komunikasi.
Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga mahluk emosional. Oleh karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat melihat karakteristiknya secara negative.
Komunikator yang dipandang menarik karena kesamaan, kedekatan, daya tarik fisik lebih efektif dalam memengaruhi perubahan pendapat dan sikap. Beberapa penelitian mencoba menghubungkan apa yang dipilih dalam pemilu dengan kesukaan pada calon anggota Congress di Amerika Serikat. Kesamaan sikap antara pemilih dengan calon apalagi kalau ditambah daya fisik calon merupakan predictor (peramal) yang angat tepat untuk meramalkan pilihan orang dalam pemilu Efran dan Petterson (1974), misalkan menemukan bahwa calon yang menarik secara fisik memeroleh tiga kali suara lebih banyak daripada calon yang tidak menarik. Inilah yang menyebabkan fotografer, make up men, penyunting film, sibuk berada dibelakang setiap pemilihan presiden di Amerika. Mereka bukan saja mengabadikan peristiwa, tetapi juga berperan sebagai “image builder” (pencipta citra)
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila anda berkumpul dalam satu kelompok yang memilki kesamaan dengan anda, anda akan menyenangi mereka. Komunikasi pun berlangsung lebih santai, gembira, dan terbuka. Berkumpul dengan orang –orang yang anda benci akan membuat anda tegang, resah, dan tidak enak.
Artikel ini ditulis oleh Zulkarnain, M.Si, Dosen Fakultas Dakwah IAI Nurul Hakim